Sabtu, November 08, 2008

Islam,Mata Air Keadilan

Oleh: Nashir Fahmi, MHI

Keadilan adalah fitrah yang amat dicintai manusia, di sudut jagad manapun ia berada. Lantas, mengapa orang sulit berlaku adil?

Risalah keadilan diemban secara turun temurun oleh para Rasul ‘alaihimussalam. Berbagai ajaran wahyu yang mereka sampaikan mendorong tegaknya keadilan di muka bumi dalam bentuk seluas-luasnya. Tak pelak, setiap Nabi yang diutus, selalu menghadapi benturan dari kezaliman yang tersistem dan dilindungi oleh penguasa.

Keadilan adalah lawan dari kezaliman. Secara amat sederhana, hakikat keadilan adalah kemampuan untuk “menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Di sinilah orang banyak bersilang pendapat tentang menempatkan sesuatu pada porsinya. Masing-masing ideologi dan pemikiran dunia mengajukan pandangan tentang “bagaimana menempatkan sesuatu pada tempatnya”.

Ideologi gender a la Barat, memandang kesetaraan antara pria dan wanita sebagai bentuk keadilan yang harus diperjuangkan. Pandangan ini didasarkan pada satu perspektif bahwa keduanya adalah makhluk Tuhan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Padahal, di sisi lain, terdapat kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa keduanya adalah makhluk yang berbeda dari segi fisik maupun fitrah, meski sama-sama ciptaan Tuhan. Di sini keadilan menemukan jalan buntu.

Lain lagi dengan Kapitalisme. Ideologi ini berpandangan bahwa kebahagiaan manusia dapat diraih dengan memenuhi seluruh kebutuhan materialnya. Dengan sendirinya, yang harus dilakukan oleh setiap individu dan masyarakat adalah menjamin terselenggaranya proses penciptaan material seluas-luasnya, agar kebahagiaan berikut peradaban kemanusiaan dapat terbina. Yang terlupakan selanjutnya adalah aspek rohani dan spiritual manusia sebagai makhluk Tuhan. Sebab, kebahagiaan jiwa tak dapat diperoleh melalui pencapaian materi semata. Kebahagiaan misalnya, tak mungkin terwujud dengan memperoleh harta dari hasil menggencet orang lain. Di sini, kembali keadilan menemui jalan buntu.

Lain Kapitalisme, lain pula Komunisme. Ideologi yang satu ini memandang perbedaan kelas antara kaum miskin (proletar) dan kaya (borjuis) sebagai sumber malapetaka. Perjuangan antar kelas harus dihapus. Masyarakat bahagia adalah masyarakat tanpa kelas. Terang saja, pikiran ini menyalahi fitrah dan sunnatullah terhadap manusia, di mana mereka diciptakan dalam kelas-kelas ekonomi dan sosial. Padahal, letak persoalan sebenarnya adalah bagaimana membangun hubungan dan pola interaksi yang harmonis antara kaya dan si miskin. Lagi-lagi, keadilan tak menemukan habitatnya.

Inilah satu di antara hikmah diutusnya para Rasul ‘alaihimussalam dan diturunkannya berbagai kitab wahyu kepada manusia. Bahwa keadilan dan kebenaran, betapa pun terangnya bagi sebagian orang, tetap membutuhkan para pencerah yang ikut menjelaskan dan mengingatkan. “Dan sungguh telah Kami utus seorang Rasul pada setiap umat agar mereka menyembah Allah dan menjauhi thagut.” (QS an-Nahl:36)

Selain itu, keadilan dalam bentuk nyata dan luas, tak mungkin dapat terwujud tanpa campur tangan wahyu. Betapa pun tinggi upaya kreasi dan ijtihad manusia dalam menemukan makna keadilan, perselisihan dan silang pandangan akan terus mewarnai. Di satu saat, keadilan sejati dapat diraih, di lain kesempatan, ia tak sanggup direnggut. Karena itu, amat wajar jika Allah menegaskan, bahwa Allah tak menyisakan satu pun masalah yang tak terbahas dalam al-Qur’an, “Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab (al-Qur’an),” (QS al-An’am: 38). Artinya, integralitas ini mencakup juga makna alif-ba-ta keadilan.

Karena makna keadilan hanya dapat dipahami secara luas melalui tuntunan wahyu, seringkali pikiran seakan ingin menolak karena tak mampu memahami. Sebagai misal, ketetapan dua banding satu dalam masalah pembagian waris antara pria dan wanita, oleh sebagian orang dianggap tidak adil, karena memasung hak-hak persamaan dan kesetaraan. Setelah memahami tanggung jawab nafqah dan pemeliharaan yang diemban kerabat pria terhadap kerabat wanita, barulah hal itu dapat dipahami. Ini juga adalah rahmat Allah kepada kaum wanita agar tak perlu berpayah diri mencari nafkah setelah sang ayah meninggal.

Setelah ini semua, tak boleh lagi ada keraguan dalam benak pikiran seorang Muslim, bahwa Islam adalah satu-satunya jalan keluar bagi segala problematika yang menimpa umat ini, khususnya bangsa ini. Islam adalah satu-satunya pandangan hidup yang dapat menjelaskan hakikat keadilan di seluruh lapangan kehidupan: ibadah, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Setiap Muslim bertanggung jawab untuk menerjemahkan berbagai tujuan-tujuan Islam dalam kehidupan nyata. Bukan malah menggadaikan Islam demi kepentingan politik dan jangka pendek. Islamlah yang dijadikan tuntunan, bukan pengekor bagi evidensi-evidensi pemikiran, hatta atas nama kemaslahatan. “Janganlah kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang rendah, dan hanya kepadaKu-lah kamu harus bertakwa,” (QS al-Baqarah: 41).

Allah menegaskan kemurkaanNya terhadap orang-orang yang menjual ayat-ayat Allah. “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tak akan berbicara kepada mereka pada hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka. Dan bagi mereka siksa yang sangat pedih,” (QS al-Baqarah: 174).

Karena itulah, setiap gerak-gerik perjuangan menegakkan keadilan sekecil apa pun, tak boleh menyimpang dari rambu-rambu Islam. Setiap penyimpangan yang dilakukan, pada hakikatnya, tak hanya menjadikannya sebagai problem baru, tapi juga menunda datangnya kemenangan. Bukankah, menyalahi aturan Allah dan Rasul-Nya adalah salah satu penghalang kemenangan?

Akhirnya, setiap kita harus makin menegaskan ungkapan bahwa “Islam adalah akidah, syariah dan manhaj”, di seluruh lapangan kehidupan. Semua ini adalah keharusan, jika kita tak ingin musuh-musuh Islam kembali mengangkangi hak-hak kemerdekaan ibadah, sosial, ekonomi dan politik kita. Selain itu, seperti yang Allah tegaskan, keadilan juga dapat mengantarkan kita kepada ketakwaan yang merupakan esensi kehidupan. “Berlaku adillah, karena keadilan itu akan membawa kepada ketakwaan,” (QS al-Maidah:8).

Wallahu al-muwaffiq.

KITA TIDAK HIDUP SENDIRIAN DI DUNIA INI

Oleh: Nashir Fahmi, MHI
Saudaraku,
Kita hidup bukanlah untuk tujuan rendah. Sekedar tidur, terjaga, lalu mereguk segala kenikmatan dunia yang ada tanpa pertimbangan kebaikan. Begitu rendahnya nilai hidup ini jika kita hanya disibukkan oleh perlombaan dalam hal mengumpulkan harta benda, namun akhirnya melupakan kehadiran orang-orang di sekeliling yang tak beruntung dalam banyak sisi kehidupan, terlebih lupa untuk terus menetapi kebenaran dan upaya untuk terus berada dalam ketaatan kepada Allah.

Duhai Saudaraku,
Terjagalah! Jangan sampai segala kemudahan hidup yang kita peroleh saat ini malah memalingkan diri kita untuk terus mendekat kepada-Nya.
Terjagalah! Jangan sampai segala kemudahan itu malah mengantarkan diri kita menjadi pribadi yang tidak empati dan peduli sesama, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, rasa cinta serta meniadakan keberadaan orang-orang di sekeliling selain dari diri kita.

Saudaraku,
Cobalah sejenak luangkan waktu. Cobalah sejenak berbagi rasa dengan orang-orang yang sebenarnya begitu dekat dengan diri kita, namun tanpa disadari seringkali terabaikan. Cobalah sejenak melepaskan diri dari kesibukan yang tiada menyisakan sedikitpun waktu untuk kehidupan sosial, berbagi dengan banyak anggota masyarakat dalam gagasan dan cita-cita bersama untuk sebuah perbaikan lingkungan. Sesungguhnya, manusia tidaklah hidup sendiri di dunia ini. Setiap pribadi pasti membutuhkan sinergi satu sama lain. Dan sesungguhnya setiap pribadi pasti saling melengkapi dalam hal kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.

Saudaraku,
Bersyukurlah, ketika Allah telah menganugerahkan Anda kepekaan rasa dalam banyak sisi kehidupan, disaat banyak pribadi hanya memikirkan dirinya sendiri, lebih disibukkan dengan urusan-urusan yang sebenarnya tidak begitu penting, jauh dari bakti dan peruntukkan kebaikan, terlebih sibuk dengan urusan yang melalaikan dari mengingat kebesaran Allah. Namun janganlah tertipu dan menjadi angkuh, seraya membanding-bandingkan amal pribadi dan orang lain. Akan tetapi, kembalikanlah segalanya kepada Allah, dzat yang sejatinya berkuasa atas segala sesuatu seraya terus bermohon hidayah bagi diri dan orang lain.
Semoga, setiap detik yang telah kita lalui, setiap senyum yang kita beri, dan setiap langkah yang menghiasi hari, bernilai kebaikan dan membuat Allah SWT ridho kepada kita.Semoga kita mampu menjaga niat dalam setiap amal, usaha kebaikan yang telah langgeng berjalan, tentu dengan memohon bantuan dan kekuatan dari-Nya semata.

Wallahu a’lam

KEKUATAN HATI DAN PIKIRAN

Oleh: Nashir Fahmi, MHI

Di sebuah perusahaan rel kereta api ada seorang pegawai, namanya Nick. Dia sangat rajin bekerja, dan sangat bertanggung jawab, tetapi dia mempunyai satu kekurangan, yaitu dia tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya, dia melihat dunia ini dengan pandangan tanpa harapan sama sekali.

Pada suatu hari semua karyawan bergegas untuk merayakan ulang tahun bos mereka, semuanya pulang lebih awal dengan cepat sekali. Yang tidak sengaja terjadi adalah, Nick terkunci di sebuah mobil pengangkut es yang belum sempat dibetulkan. Nick berteriak, memukul pintu dengan keras, semua orang di kantor sudah pergi merayakan ulang tahun bosnya maka tidak ada yang mendengarnya.

Tangannya sudah merah kebengkak-bengkakan memukul pintu mobil itu, suaranya sudah serak akibat berteriak terus, tetapi tetap tidak ada orang yang mempedulikannya, akhirnya dia duduk di dalam sambil menghelakan nafas yang panjang. Semakin dia berpikir semakin dia merasa takut, dalam hatinya dia berpikir: Dalam mobil pengangkut es suhunya pasti di bawah 0 derajat, kalau dia tidak segera keluar dari situ, pasti akan mati kedinginan. Dia terpaksa dengan tangan yang gemetar, mencari secarik kertas dan sebuah bolpen, menuliskan surat wasiatnya.

Keesokkan harinya, semua karyawan pun datang bekerja. Mereka membuka pintu mobil pengangkut es tersebut, dan sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di dalam. Mereka segera mengantarkan Nick untuk ditolong, tetapi dia sudah tidak bernyawa lagi.

Tetapi yang paling mereka kagetkan adalah, listrik mobil untuk menghidupkan mesin itu tidak dihubungkan, dalam mobil yang besar itu juga ada cukup oksigen untuknya, yang paling mereka herankan adalah suhu dalam mobil itu hanya 28 derajat saja, tetapi Nick malah mati “kedinginan”!!

Nick bukanlah mati karena suhu dalam mobil terlalu rendah, dia mati dalam titik es di dalam hatinya. Dia sudah menghakimi dirinya sebuah hukuman mati, bagaimana dapat hidup terus?

Percaya dalam diri sendiri adalah sebuah perasaan hati. Orang yang mempunyai rasa percaya diri tidak akan langsung putus asa begitu saja, dia tidak akan langsung berubah sedih terhadap keadaan hidupnya yang jalan kurang lancar.

Tanyalah pada diri kita sendiri, apakah kita sendiri sering langsung memutuskan bahwa kita tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal, sehingga kita kehilangan banyak kesempatan untuk menjadi sukses? Kehilangan banyak kesempatan untuk belajar mandiri? Untuk jadi lebih mengerti kehidupan ini?

Yang mempengaruhi semangat kamu bukanlah faktor-faktor dari luar, melainkan hatimu sendiri. Sebelum berusaha sudah dikalahkan oleh diri kita sendiri, biarpun ada banyak bantuan yang tertuju pada dirimu tetap tidak akan membantu. (SLC)

COMPANY PROFILE




Pertimbangan kebutuhan SDM Indonesia yang berkualitas, multi Skill, memiliki visi yang kuat, re-trainable, berjiwa leadership, memiliki kepekaan spiritual dan ketajaman mata hati serta kamauan belajar yang tiada henti, merupakan faktor dominan perubahan. Orientasi pembinaan sumber daya manusia di berbagai bidang, terutama dunia pendidikan sebagai pencetak generasi, instansi pemerintah sebagai pusat kebijakan publik serta lebih dari itu semua lapisan masyarakat sebagai kekuatan SDM yang mengisi negeri ini.
SPIRIT Life Center adalah sebuah lembaga Sumber Daya Manusia yang menawarkan jasa Pelatihan (training), Konsultasi, dan Pembinaan dengan komitmen memberikan pelayanan berkualitas dengan berbasis pada MIND POWER dan HART POWER
Kami menjalankan lembaga berangkat dari keyakinan bahwa suatu perubahan besar menuju yang lebih baik akan terwujud bila setiap individu memahami dan menyadari tujuan penciptaan. Tentunya pemahaman dan kesadaran tersebut tidak hanya terjadi sekilas atau sementara (temporer) namun harus betul-betul menancap dan tertanam dalam setiap jiwa sehingga setiap saat individu menyadari untuk apa ia hidup dan diciptakan. Karenanya kami hadir dengan ikhtiar dan keyakinan bahwa pelatihan dan kemudian dilanjutkan dengan rutinitas pembinaan akan dapat menggantarkan individu memahami makna hidup dan dapat meraih sukses hakiki; dunia dan akTujuan
• Agar semua peserta mencapai pemahaman atau kesadaran utuh makna hidup.
• Mengantarkan pendalaman mencapai Visi Sukses Hakiki dengan mensinergikan Kecerdasan Hati (Heart Power) dan Otak (Mind Power)
• Mengantarkan peserta menjadi khairu ummah (sebaik-baik ummat) dan generasi Rabbani (yang selalu belajar dan mengajarkan).
• Mengantarkan untuk mencapai derajat Hamba Muttaqin; sucikan hati, dekati ilahi, temukan kebahagiaan sejati.
Misi
• Memberikan sumbangan berharga dan inspirasi perserta untuk lebih cinta pada prinsip-prinsip ketuhanan (kebaikan).
• Memberikan pelatihan yang berbasis sinergi Heart Power dan Mind Power kepada semua lapisan masyarakat
hirat.